Sabtu, 11 Februari 2006

2006_02_11 Negeri di Awan





Untuk negeri negeri di awan
Yang membentang membelah langit, tak tersentuh
Yang tak bergumam, bersuara lagi sanggup berujar
Yang melihat, menyaksikan, lagi berurai air mata

Dimana mereka hanya mampu meneduhkan
Lahan lahan terik yang memekik kepanasan
Pepohonan layu yang menyiratkan kehampaan
Hingga tanah tanah kering yang meretak pecah

Dimana mereka hanya mampu membasahi
Pedih perih luka luka yang menganga
Wajah wajah pipih kehausan yang meminta dan mengiba
Atau kematian yang tak lagi mampu tertolong




Namun disaat amarah menggelegar tanpa ampun
Dunia seakan tak mampu bergeming
Riuh rendah amukan angin angin porak poranda
Bala air air bah menghujah sisi lemah tanpa nyawa

Mereka hanya menulis pesan pesan kepada alam
Tentang tangis dan kecewa yang tersimpan
Tanpa akan tersirat di mata manusia manusia yang buta
Yang tak perduli pada suara suara hati, langit yang biru





Untuk negeri negeri di awan
Kau saksikan buih buih ombak bermain diantara pantai pantai yang terhampiri
Kau perhatikan laut laut yang masih membiru, walau gelap kian tercemar
Kau amati kecilnya sisi bumi yang hidup mencongkak oleh waktu waktu kebesaran

Kau santun tersenyum lewat warna warna lembayung di sore hari
Atau merah merona keemasan ketika matahari itu terbangun
Kau lukis bahasa bahasa langit, lewat awan awan yang serupa
Seakan hilang sudah, rasa bosan yang menggerutu














0 komentar:

Pigura Perjalanan II © 2008 Template by:
SkinCorner